Langsung ke konten utama

JALAN HIDUP

14 Januari 2019

Sebuah kehormatan yang selama ini diniatkan dan diinginkan dengan sepenuh hati pada akhirnya dapat terwujud. Satu jam masa eksekusi menghasilkan begitu banyak doa dari keluarga dan teman sejawad. Gemasha Yussavel Navis kemudian bersambung namanya menjadi Gemasha Yussavel Navis S.Stat. Gelar ini bersanding dengan bimbingan Bapak Gatot Riwi Setyanto dan Ibu Anna Chadidjah. Dosen Aktuaria yang kemudian resmi menjadi jembatan kehidupan Saya. 



Rupa selepas eksekusi 14 Januari 2019



Wisuda 06 Februari 2019





Unpad: Bersama Abang



Unpad: Bersama Kakak



Wisuda Unpad 6 Februari 2019 Bersama Keluarga



Bonus because my team is never tired









Komentar

Postingan populer dari blog ini

LALU AKHIRNYA

Bagaimana mungkin aku merasa kehilangan sedang segala sesuatu hanyalah titipan? Bagaimana mungkin aku berkawan masa sedang ia abadi dan aku bertepi? Bagaimana mungkin aku pulih sedang kabarmu mencengkamku dengan berbagai rasa? Bagaimana mungkin aku bersinar sedang gelap enggan menyapa jiwaku yang penuh senja? Bagaimana mungkin aku dan kau menyimpan rasa sedang nirwana mengingkari segalanya? Lalu, maukah kau memahamiku? Bahwa aku sebatas rasaku maukah kau memandangku? Bahwa aku sebatas rupaku maukah kau disampingku? Bahwa aku takut akan kesendirianku maukah kau menggenggam tanganku? Bahwa aku serapuh pelupuk malamku maukah kau mencintaiku? Bahwa pada akhirnya aku yang mencintaimu

LALU

 LALU         Aku memulai cerita ini sedari tahun lalu, karena tiada lagi saat dimana hati ini merasakan bahagia luarbiasa dengan sedih tiadatara yang tiada lain adalah titipan dari Sang Maha Kuasa. Kala itu lepas Bulan Ramadhan saat matahari kemerahan menyertai jarum jam dipelupuk lima. Sudah senja dan akan maghrib, begitulah waktunya. Waktu yang akan selalu aku ingat tiap jengkal rasanya. Rasa yang memulai segala rasa dimasa depanku kelak. Aku ditujuh belas tahun dan duduk di ruangan kelas tiga sekolah menengah atas. Tidak aku sertai dalam cerita ini masa-masa yang aku lewati untuk berjuang di Ujian Nasional, karena terasa berlalu begitu saja. Banyak rasa dikala itu yang pada akhirnya terkalahkan dan terpendam dengan sebuah rasa ini. Rasa yang kembali aku rasakan tiap mengingatnya, tiap mencoba menceritakannya, tiap merasa menemukan kisah yang sama. Aku bergegas untuk berkemas hanya agar telihat lebih rapi, lebih segar, lebih layak didepannya. T...